Ada teman tanya mengenai hal ini. Saya jawabanya pusing karena terlalu banyak buzzowrd saat ini. Akhirnya saya coba tulis disini karena jawabnya harus panjang supaya gak salah paham ๐
Intinya sebenernya di usaha/effort untuk โjagainโ/maintain nya. Biar lebih mudah saya kasih contoh kasus ekstrim : BIkin server sendiri di kantor vs Nyewa server di Data center. Ada kejadian dimana harddisk/penyimpanan rusak dan harus diganti. Kalau di data center, akan di urus oleh orang data center nya. Kalau kita kelola sendiri, maka kita yang ganti sendiri. Belum lagi masalah network, keamanan fisik, dan lain lain. Jadi untuk ngelola sendiri akan butuh banyak resource/sumber daya untuk jagain nya.
Dan makna hakiki dari semua ini adalah UUD, ujung ujungnya duit ๐ . Banyak effort untuk jagain/maintain -> butuh banyak orang -> butuh uang untuk bayar banyak orang. Umumnya nyewa di data center akan lebih murah, Kenapa? Karena customer mereka banyak, jadinya bisa lebih efektif untuk kelola sumber daya nya. Walaupun ada saat nya juga titik dimana ngelola sendiri bisa jadi lebih murah.
Dan hal yang saya bandingkan dibawah ini kadang mirip mirip nyaru hampir sama padahal berbeda, jadi jangan kaget kalo ternyata bedanya cuma dikit ๐ . Dan juga setiap kata yang sama bisa memiliki arti yang beda, tergantung konteksnya.
Server sebenernya sama seperti laptop atau komputer kita di rumah. Isinya juga sama = ada cpu, ram, harddisk, dan komponen lain nya. Jika sesuatu bisa dilakukan di server, berarti di laptop atau komputer kita di rumah juga bisa, begitu juga sebalik nya. Yang membedakan adalah durabilitas. Server di rancang untuk bisa hidup 24 jam selama 7 hari per minggunya, alias setiap saat. Sehingga komponen yang digunakan berbeda dengan komputer laptop kita dirumah. Kalau laptop kita dinyalan setiap saat 24/7 pasti akan cepat rusak.
Umumnya untuk mengukur performa suatu server, diukur memakai jumlah core dan RAM(Memory, bukan harddisk/ssd). Walaupun ada juga parameter lain yang sangat berpengaruh juga. Misal 24 core intel xeon keluaran tahun 2010 akan berbeda dengan keluaran tahun 2021.
Melanjutkan yang tadi, berikut ini adalah hal yang akan di maintain oleh data center. Mungkin tidak terlalu lengkap tapi secara umum gambarannya seperti ini. Dan di chapter selanjutnya daftar akan semakin mendetail.
Sedangkan ini yang kita harus maintain sendiri:
Dari sisi software, Yang perlu kita maintan adalah program yang kita develop/coding. Seperti ada penambahan fitur baru, perbaikan bug, dan update framework. Namun selain software adalah sistem operasi dan software lain yang mendukung aplikasi kita. Umumnya hanya melakukan update pada sistem operasi agar lebih aman dan stabil. Dan troubleshoot sistem operasinya jika ada masalah yang terkait. Seperti zaman sekarang, sudah tidak ada yang pakai windows XP di laptop/komputer nya. Dan program terbaru sekarang tidak bisa jalan di windows XP karena sudah tidak di support.
On Premise adalah istilah dimana kita ngelola semua nya sendiri seperti sever yang kita taro di kantor kita.
Colocation adalah kita membeli server sendiri, beli dari luar data center dan server tersebut kita letakan di data center. Berarti kita mengularkan biaya di depan untuk beli server. Dan biaya bulanan untuk sewa tempat nya. Untuk colocation, yang menjaga/maintain hardwarenya adalah kita sendiri. Misal harddisknya rusak, berarti kita ke data center benerin harddisk. Tapi jika network atau listrik nya bermasalah, bukan kita yang maintain melainkan orang data center nya.
Dalam satu server kita hanya bisa install satu sistem operasi, dan di sistem operasi itu kita bisa install banyak aplikasi. Misal ada 4 aplikasi yang setiap aplikasinya dikelola oleh tim tersendiri. Dalam OS, kita bisa atur permission nya agar aplikasi satu ataupun tim satu tidak bisa mengacak ngacak aplikasi dua yang dikelola tim dua.
Virtualisasi adalah teknik membagi satu server menjadi seolah olah banyak server. Misal kita punya satu server 32 core 128 gb ram, 1 TB hard disk. Dengan virtualisasi kita bisa pecah satu server menjadi 4 server yang terisolasi. Misal
Ada banyak alasan orang lebih memilih virtualisasi, berikut alasan yang sebenernya bisa tanpa virtualisasi tapi lebih mudah/aman menggunakan virtualisasi
Sedangkan ini adalah fitur utama yang akan hanya bisa dilakukan dengan virtualisasi
Jadinya wajar jika ada orang yang pake virtualisasi di server nya padahal dalam satu server tidak di bagi menjadi banyak server (Pake virtualiasi tapi hanya satu os di dalam servernya, tidak empat seperti contoh tadi). Dan virutlisasi ini memudahkan kita untuk maintain server nya.
Untuk menggunakan virtualisasi perlu digunakan software seperti Vmware, proxmox. Bare Metal adalah istilah server yang tidak memakai virtualisasi. Sedangkan untuk server yang di virtualisasi biasa disebut VM (virtual machine) atau VPS. VM atau vps ini bukan server utama yang belum di bagi-bagi, melainkan server yang sudah di bagi.
VPS pada gambar diatas bisa mengacu pada bare metal, atau VM
Bagaimana dengan Hosting seperti cpnael? hosting sebenernya sama seperti yang saya tulis tadi, 1 server tanpa virtualisasi tapi dibikin banyak user, setiap user di atur permissionnya sehingga tidak bisa mengakses file orang lain. Umumnya untuk database nya juga sama, satu database dalam tapi menggunakan banyak user. Kalau kita liat paket hosting, umumnya mereka hanya menyebut storage dan bandwith, tidak menyebut secara pasti berapa cpu atau ram yang kita dapat. Sehingga banyak orang mengeluh kadang kadang hosting nya kok lemot. Kenapa lemot? karena di kadang di satu waktu tertentu ada aplikasi atau semua aplikasi user yang ada di server hosting tersebut yang sedang diakses banyak orang, dan ini mempengaruhi ke user lain nya. Sedangkan kalau pake virtualisasi, bisa di jatah per user berapa cpu/ram, tidak akan lebih dari yang di jatah. Oleh karena itu hosting tidak cocok untuk aplikasi yang butuh resource tinggi atau akan digunakan banyak user.
Kenapa hosting tidak pakai virtualisasi saja? biar bisa neken harga jadi lebih murah. Karena virtualisasi banyak overhead nya. Ada 2 vm untuk 2 aplikasi. Aplikasi hanya butuh ram 1 gb. Tanpa virtualisasi kita butuh ram 3 gb (2 aplikasi x 2 gb + OS 1 gb). Tapi dengan virtualisasi kita butuh 4 gb (2 vm x (1 gb os + 1 gb apliaksi). Umumnya untuk aplikasi yang sensitif/penting, kita takut menggunakan hosting. Karena peluang data kita diakses user lain itu lebih besar dibandingkan pakai virtualisasi yang lebih aman terisolasi. Ya hosting mirip mirip sama satu rumah besar kita dan orang lain sewa kamar nya, sedangkan virutliasasi mirip seprti sewa rumah kecil/besar tapi tiap orang beda rumah ๐
Sedangkan container, sebenernya sama saja seperti VM walaupun arsitektur nya berbeda, dan dia lebih (sangat) ringan. Selain ringan, container mudah di program/otomtasi daripada VM (sehingga lebih mudah di maintain, tapi ini relatif tergantung kasus). Kombinasi hal ini membuat container lebih di sukai, karena waktu yang dibutuhkan untuk melakukan update/deploy/perubahan lebih cepat. Contoh dari container adalah Docker. Melanjutkan contoh diatas, jika VM butuh ram 4 gb, container butuh ram dibawah VM (lebih ringan). Karena hanya satu OS, jadinya (os 0.5 gb + 2 aplikasi x 1 gb) = 2.5 gb. (agak panjang ini cerita lebih nyaโฆ).
https://nvd.nist.gov/vuln/detail/CVE-2019-5736
Kalau Kubernetes itu binatang apa lagi? Kubernetes adalah container orchestration. Jika ada banyak container, lebih mudah jika di kelola oleh kubernetes (Lebih mudah kita maintain nya). Jadi anggap saja kubernetes sama seperti virtualisasi/vmware. Kubernetes mengelola banyak container, Vmware mengelola banyak VM. (walaupun pada umumnya jika kita menggunakan on premise kubernetes, virtualisasi/hypervisor juga tetap digunakan, tapi agak panjang ini ceritanyaโฆ)
Dalam hal ini arti server berbeda konteksnya dengan yang kita bahas sebelumnya.
Kedua hal ini intinya adalah dengan ukuran apa yang akan kita bayar?. Serverless artinya kita hanya bayar sesuai fungsi yang kita pakai โpay as you useโ. Sedangan server kita bayar sesuai resource yang kita pakai. Agak mirip tapi sebenernya beda :D. Contohnya adalah jika kita ingin menyimpan file, ada layanan namanya object storage contohnya aws s3. Di aws s3 kita hanya membayar apa yang kita gunakan. Jika kita menyimpan file sebesar 100 gb, maka yang harus kita bayar adalah 100 gb x $ 0.02 per gb = 2 dollar per bulan. Sedangakan untuk server, untuk menyimpan file 100gb kita tidak hanya butuh harddisk melain kan kita butuh servernya juga. Misal kita pakai 2 core 8 gb = $20 per bulan jadi kira kira biaya bulanan yang kita batar adalah : server, harddisk, dan network . Untuk harddisk misal per gb 0.1 gb, berarti 100 x $0.1 = $10. Untuk network misal di file 100 gb tadi ada 6 orang yang download, berarti 6 *100 gb = ada 600 gb transfer data dari s3 ke orang. Biaya transfer data network nya 600 gb x 0.1 $ per gb = 60 dollar per bulan. Jadinya total biaya yang kita gunakan adalah $20 + $10 + $60 = 90 dollar per bulan.
Inti dari serverless adalah pay as you use. Untuk server mau kita nyimpen file 20 gb, 10 gb yang kita bayar tetep $20 vm + $10 harddisk = $30 (diluar biaya network). sedangkan kalaupake serverless s3, ya kita bayar yang kita pake aja. kalo pake cuma 20 gb, ya berarti 20 x $0.02 = 0.4 dollar. Dan inti yang kedua, kalau kita paker server itu banyak resource yang gabut/nganggur. kita pakai cuma 30 gb? ya sisa 70 gb harddisknya nganggur. Orang banyak download di siang hari, cpu utilisasinya sampai 90%, tapi di malam hari utilisasinya 1%. berarti di malam hari cpu nya nganggur 99%. nah ini kan sayang yang ngangur nganggur, makanya serverless umumnya lebih murah karena si yang buat dengan customer yang banyak bisa ngatur pemanfaatan resource dengan baik (sama seperti kasus data center di awal yang saya ceritakan).
Pokoknya kalau kita bayar berdasarkan cpu/ram, itu kemungkinan besar pasiti bukan serverless, tapi server. Sebutan lain dari server adalah Instances, VM-Based/Backed.
Ya anda bener terlalu banyak oversimplikasi di tulisan ini. Misalnya s3 sebenernya yang kita bayar bukan hanya besaran gb yang kita simpan, melainkan ada network juga. Berarti total nya $2 penyimpanan +$60 network = $62. Selain network juga ada berapa kali orang download file kita (REST API Call), dan lain lain. Kadang kadang serverless cara hitungnya mirip mirip sama non serverless, jadi keliatan mirip/sama ๐ .
Kalau S3 adalah serverless untuk menyimpan file, ada juga serverless untuk menjalankan kode aplikasi kita. Jadi kita tidak usah jalankan kode nya di VM/VPS. Salah satu contohnya adalah Aws Lambda. Kita tidak bayar cpu/ram, tapi bayar berapa request yang dipanggil dari orang yang mengakses website kita. Namun selain jumlah request, ada hal lain yang dihitung : berapa lama waktu setiap request, berapa memory yang dihabiskan setiap request, dan lain lain. Pokoknya ruwet dah ngitungnya ๐
Oke jadi kalau kita ngelola sendiri pake VM, biaya nya $90, pake s3 $60?. Ooh tidak ternyata. Dengan $60 s3 bisa menjamin bahwa file kita akan selalu bisa di download, dia mempunya sla 99.999999999%. Artinya aws menjamin maximal file kita tidak bisa di akses maximal 53 menit dalam setahun. 53 menit ini bisa dalam satu kejadian atau gabungan dari berbulan bulan (misal bulan 1 30, bulan 2 23). Dalam setahun jika ada downtime lebih dari 53 menit, maka aws harus bayar ke kita kompensasinya. Namun umumnya mereka cukup handal sehingga tidak ada downtime karena untuk menjaga nama baik mereka juga. Sedangkan kalau kita ngelola sendiri pake VM apakah kita bisa menjamin seperti itu? Bisa tapi sangat ribet sekali. Misal kalo $90 kita cuma pake satu vm, itu sebenernya kurang. Bagaimana kalau vm nya mati/kebakaran/rusak? kita butuh vm lain sebagai backup di data center yang lokasi nya berbeda. Berarti itu 2 vm. 90 * 2 = 180. Itu baru satu aspek aja belum aspek yang lain, pokoknya ruwet dah ๐ . Jika anda dibayar $50000 untuk membuat aplikasi, dan aplikasinya ini harus nyala terus karena tiap saat diapakai oleh banyak orang, kalau dia down sebentar aja perusahaan akan rugi berjuta juta dollar, misal seperti bank, anda pilih mana pakai s3 $62 per bulan dengan kelola sendiri $90 (belum tentu tanpa downtime, atau bisa tanpa downtime tapi waktu anda berkurang untuk maintain nya). Lebih baik anda gabut/nganggur bayar $62 daripada anda sibuk tapi bayar $90, ujung ujungnya duit dah pokoknya ๐
Seperti gambar diatas, Ini untuk memudahkan pengkategorian. Kalau kita bayar/sewa/beli/pakai softare tinggal pakai saja seperti aplikasi accounting online, itu termasuk Software As a Service (SaaS). Tapi kalau kita develop sendiri aplikasi nya, dan kita jalankan di hosting, itu termasuk Platform as A Service (PaaS). Karena kita hanya mengurus kode aplikasi kita, tidak mengurus sistem operasi, dan bagian dibawah sistem operasi. Kalau aplikasi kita itu dijalankan di VM/Bare Metal berarti itu termasuk Infrastructure as a Service (IaaS). Karena kita juga install, urus, dan maintan sistem operasi nya. Dan kalau server tersebut kita kelola sendiri di kantor (bukan di datacenter), berarti On Premise.
Males maintain OS dan hanya ingin maintain kode aja (PaaS) tapi gak mau pake hosting karena terbatas/lemot/kurang aman? Anda bisa mencoba provider lain seperti Heroku, Google App Engine (GAE), Amazone Elastic Beanstalk (EBS). Jadi ini sebenernya VM juga (berarti bukan serverless). Cuman Heroku dan kawan kawan bisa ngelola Autoscaling secara otomatis tanpa kita atur, misal kita pakai 1 vm (1 core 4 gb ram). Kalau tiba tiba siang hari banyak yang akses aplikasi kita, Heroku bisa otomatis tambah vm nya jadi 2 vm atau 3 vm. Jadinya aplikasi kita tidak hang/lemot. Dan ini jadinya mirip seperti serverless, kita pake yang kita gunakan saja, meminimalisir resource nganggur. Tapi ini bukan serverless :D.
Ini sama seperti aws lambda yang sudah dibahas tadi. Aws Lambda merupakaan contoh FaaS. Umumnya kita bikin aplikasi web, terdiri dari banyak fungsi dan biasanya kita bangun diatas framework. Tapi kalau FaaS, dia bisa kita kasih fungsi saja lalu di akses lewat internet. Misal kita bikin satu fungsi di aws lambda (kode di simplifikasi biar gampang)
def tambah(a, b) :
hasil = a + b
return hasil
Dengan seperti itu saja kita langsung bisa akses, di 1234.awslambda.com/tambah?a=1&b=2 dan akan muncul angka 3 di browser kita. Ada banyak fungsi lambda dan ingin dibikin workflow biar lebih mudah dikelola, bisa pakai Aws Step Function.
Mau jalanin kode full dengan framework di lambda? bisa juga, misalkan ini:
Jika tidak ada yang mengakses aws lambda kita (idle), dan ada yang mengakses maka kita akan menunggu beberapa detik untuk program nya jalan, istilahnya Cold Start. Jika setelah request tadi selesai dan ada request baru lagi, lambda tidak perlu menyalakan dari awal karena bisa memakai program yang sudah jalan tadi sehingga bisa lebih cepat, istilahnya Warm Start.
Saya belum terlalu paham untuk ini, baru pernah nyoba Aws lambda untuk jalanin satu function saja (bukan kode lengkap) untuk โgluing things togetherโ. Misalkan di google cloud (gcp) ada beberapa jenis serverless FaaS = App Engine Standard/Serverless (bukan yang flex), Cloud Run, Cloun Funciton . Anda bisa lihat penjelasan detailnya disini biar lebih paham :
https://stackoverflow.com/questions/47057770/when-to-choose-app-engine-over-cloud-functions
Tadi saya bilang kalau servless kemungkinan besar nggak dihitung pake cpu/memory. Tapi ada serverless yang pake cpu/memory. Contohnya AWS Glue. Aws Glue sebenernya hanya Apache spark (aplikasi/library untuk melakukan ETL) yang dibungkus. Walaupun bukan cpu/ram, disitu disebut harga diihitung dari penggunaaan DPU. DPU adalah data processing unit. Satu DPU berisi 4 cpu dan 16 gb ram. Tapi apa bedanya dengan yang server kalau ujung ujungnya CPU/Ram juga?. Bedanya adalah jika kita menjalankan Aws Glue ini, itu tidak langsung jalan hasilnya keluar. Melainkan Cold Start terlebih dahulu, seperti di aws lambda yang tadi saya bilang. Berapa lama cold start nya? berbeda dengan lambda yang cepat karena umumnya proses yang dilakukan di lambda proses yang enteng. Di aws Glue kadang 2 menit, kadang 5 menit, gak tentu. Saya pernah sampai 20 menit nunggu start nya. Kenapa lama? karena ngantri dengan pengguna lain di seluruh dunia untuk pake servernya aws, makanya bisa lebih murah karena pakai nya ganti gantian. Meminimalisir server nganggur.
Ada dua teknik ketika kita melakukan scaling aplikasi, baik itu manual atau autoscaling untuk menambah resource agar bisa lebih banyak diakses banyak orang misalkan. Pertama adalah Vertical Scaling atau Scale Up. Yaitu dengan cara mengupgrade spesifikasi dari server tersebut. Misal upgrade ram yang tadinya 16 gb menjadi 32 gb, atau upgrade cpu yang tadinya 8 core menjadi 16 core. Sedangkan Horizontal Scaling atau Scale Out dilakukan dnegan cara menambah jumlah server/instances. Misal satu server 8 core 16 gb ram kita tambah menjadi dua server, dan setiap server nya punya 8 core 16 gb ram. Atau spek tiap servernya berbeda juga bisa,tidak masalah. Lebih cepat mana antara vertical dan horizontal scaling? Jawabannya adalah lebih cepat vertical scaling. Orang pada pakai horizontal scaling saat ini karena batasan pada vertical scaling. Semakin tinggi spek nya, semakin mahal harga nya. Misalkan Dengan uang 100 juta, kita dapat membeli satu server 64 core 256 gb ram kalau kita hanya membeli satu server. Tapi ada alternatif lain, dengan uang yang sama kita bisa beli 10 server dengan spesifikasi 8 core 32 gb ram di setiap servernya. Dan setelah di benchmark/uji, ternyata 10 server @8core 32 gb ram bisa menampung lebih banyak pengguna secara bersamaan, alias lebih cepat dengan harga yang sama/murah.
Load Balancer dibutuhkan agar client (orang yang ngakses dari laptop) bisa membuka/mengakses website/server kita yang jumlahnya lebih dari satu. Misal anda membuka situs ini (abdillah.my.id), anda akan mengakses load balancer. Jika saya punya 5 server, load balancer akan memforward request (data dari anda) ke salah satu dari 5 server tersebut. Jika ada server yang tewas, maka load balancer akan mem blacklist server tersebut dan hanya memforward ke 4 server yang sehat. Load balancer bisa berwujud hardware khusus, salah satu mereknya adalah F5. Atau berwujud VM biasa namun di install software khsus seperti Apache, dan Nginx. Bagaimana jika load balancer nya yang tewas? ini agak panjang ceritanya โฆ. ๐ .
Gambar diatas sudah menjelaskan arti harfiah dari Cloud ๐
Jadi mau provider yang fiturnya standar seperti digitalocean, hosting cpanel, sampai yang fitur nya banyak seperti aws, gcp itu sebenernya cloud juga.
Namun menurut NIST, provider bisa disebut cloud jika memenuhi syarat berikut :
Salah dua dari banyak cara untuk menjalankan database di aws adalah Menggunakan VM (EC2 nama nya di aws), dan Menggunakan Mananged service database yang namanya RDS (Relational Database Service). Jika menggunakan VM, kita perlu maintain OS nya. Kalau ternyata ukuran database membesar, kita harus tambah ukuran storage nya dan atur ulang tablespace di database nya(misal database oracle). Belum lagi ngurusin backup, dan recovery kalau terjadi disaster. Dan juga tuning khusus supaya performanya prima. Sedangkan kalau kita mengguakan RDS yang managed, kita gak perlu ngurus gituan. Semua nya udah di urus AWS. Pokoknya kita tinggal desain tabel yang bener, sama query yang bener. Lebih mudah kan?
Managed sama serverless mirip mirip. Serverless sudah pasti managed. Dan ini masuk kategori PaaS. Tapi Managed belum tentu serverless. Aws RDS managed tapi bukan serverless, karena bayar nya masih tergantung cpu/ram. Dan sebenernya aws rds ini pakai ec2 di belakang nya. Cuman kita gak bisa akses ssh ec2 nya. Ciri ciri managed seperti ini, aksesnya dibatasi karena yang manage bukan kita.
Ada juga database di aws yang serverless, namanya Aurora Serverless. Atau kalo anak android biasanya pakai Firebase Firestore (untuk nyimpan personal data user, bukan shared). Ini juga serverless.
Beberapa orang ada juga yang punya server sendiri di kantor (On Premise). Tapi di server tesrsebut di install(beli) cpanel suapya gampang ngelola nya seperti di hosting. Kalau seperti ini apakah masuk PaaS atau managed? Jawabannya adalah tidak, karena kita tetap harus maintain hardware server dan lain lain nya. Jadi tetap masuk dalam kategori On Premise.
โSaya pakai VPS di cloud, sistem operasinya sudah tidak di support 5 tahun lalu, nggak pernah update, aplikasi juga gak pernah update. Aman aman aja kok gak ada masalah. Ribet upgrade-maintain, di diemin aja juga gapapa gak ada masalah selama iniโ
Contoh perkataan orang
Perkataan diatas sebenernya mirip mirip covid. Yang pake masker, taat prokes, dirumah terus kena covid juga kok. Yang gak pake masker, sering berpergian gak kena covid, sehat sehat aja ๐ . Ya ini sebenernya masalah hoki/apes saja, kita gak tahu kesialan dapat terjadi kapanpun. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Seperti ransomware wannacry yang sempat ramai, orang orang yang OS nya nggak di update selama ini aman aman aja kok. Misal dia pake os dari tahun 2009. Tapi ternyata apes juga tahun 2017, setelah 8 tahun aman, ternyata kena wannacry. Padahal kalau OS nya di update terus, pasti gak bakal kena. Karena update nya sudah diberi dari microsoft 1 bulan sebelum ransom wannacry menyebar.
https://en.wikipedia.org/wiki/WannaCry_ransomware_attack
Tidak
Iya juga bisa, misal anda nggak ngerti cara ngatur VPS/VM dengan benar. Jadinya untuk masuk ke VPS nya hanya memaki user dan password saja. Tidak memakai public-private key. Hacker bisa dengan mudah membruteforce passowrd tersebut, dapat akses penuh VPS anda dan mencuri data atau menghack aplikasi anda. Sedangkan kalau anda pakai Managed PaaS seperti heroku, atau Serverless seperti Aws Lambda, anda tidak akan menemui masalah tadi. Jadinya cenderung lebih aman. Kecuali hacker bisa masuk ke akun heroku/aws anda ๐ .
Tapi saya akan tetap katatkan tidak.
Ini agak panjang ceritanya menganai kemanan. Karena lapisan nya banyak. Bisa di serang karena lewat network nya. Bisa di serang lewat aplikasi nya (Misal SQL Injection, mau pake on premise atau PaaS/serverless, pasti akan tetap kena). Ataupun musuh dalam selimut, yaitu teman sendiri ๐ .
Relatif
Ada yang udah punya server on premise terus pindah ke cloud dan bilang lebih murah
Ada yang udah di cloud semua, eh pindah ke on premise biar lebih murah
Dan ada lagi satu binatang baru ?, namanya Hybrid Cloud pakai beberapa service yang kita kelola sendiri di on premise, dan beberapa service di cloud. Ada juga provider seperti Nutanix yang menyediakan software untuk memudahkan manajemen hybrid cloud.Selain itu berbeda dengan hybrid cloud ada juga entah istilah nya apa saya gak tau ?, tapi contoh nama produknya adalah Oralce Cloud@Customer, dan AWS Outpost. Jadi rak server punya cloud nya ditaro di kantor kita. Kita hanya kelola tempat, listrik dan internet nya saja (berbeda dengan hybrid cloud).
Tapi intinya, untuk skala kecil. Ataupun masih baru mulai. Cloud/Managed/Serverless pasti lebih murah dibanding on premise. Namun didalam Cloud/Managed/Serverless juga beragam. Misal kita pakai VM/VPS dengan 2 core lebih murah daripada kita pakai PaaS seperti heroku 1 core untuk aplikasi nya dan 1 core untuk database nya. Tapi maintainnya lebih ribet VM/VPS dong? ya ini relatif juga, kalau VM ada disaster tewas 3 jam, dan kita males benerin nya, jadinya di diemin aja. Tapi dengan 3 jam tewas itu yang pake aplikasi (entah itu customer, atau pegawai) tidak ada masalah, ya fine fine aja ๐ . Lumayan selisihnya buat beli kopi. Tapi kalau bos marah karena kerjaanya jadi lama selesai? ya bisa dibikin script/aplikasi untuk mendeteksi kalau down, bikin vm baru lagi. Atau bikin 2 vm pakai load balancer. Ah ribet males bikinnya? ya pakai PaaS seperti heroku dkk berarti ๐
https://www.duckbillgroup.com/
Setelah pusing baca tulisan saya, mari mendengar lagu dibawah ini biar lebih rileks.
Kesimpulannya semua ini ujung ujung nya duit. Zaman dahulu kita hanya mengenal VM. Zaman sekarang ini karena makin banyak binatang nya apalagi terlihat mirip mirip, membuat orang cenderung bingung. Jangankan anda, saya juga kadang pusing ini maksudnya apa, bedanya apa sama yang ono. Pokoknya yang murah dan bikin saya nganggur saya bakalan pilih deh ๐ .
Sometimes json output from llm like this : {โkeyโ: โvalueโ}โ` that langchain JsonOutputParser regex cant…
#include <stdio.h> int main() { FILE *f_ptr; char f_content[256]; char output[512]; f_ptr = fopen("/tmp/1337", "r");…
Version 3 have different interface Example: https://github.com/herbertabdillah/fabric-gateway-ruby/commit/c7377aaf2e62de1e2ac309965a09b5c7c72a2c7e
Telah di edit. Sumber Asli : https://twitter.com/nateberkopec/status/1250603032523370496/photo/1 Ruby on Rails merupakan framework web MVC menggunakan bahasa…
Sebenernya spring boot sudah di embedd applicatoin server tomcat (hanya berisi web container, tidak bisa…
// TODO IP -> DNS Static. Add New IP -> Firewall -> NAT. Klik Add New Action:…